Pada tanggal 17 Juli 2009, bom meledak di negara Indonesia tercinta. Pada tempat yang sama kasusnya pada tahun 2003 di JW.Marriot, dengan menggunakan cara bom mobil bunuh diri. Hotel mewah di sebelah JW.Marriot yaitu Ritz Carlton juga menjadi sasaran teroris pada tanggal yang sama yaitu 17 Juli 2009 dan meledak beberapa detik setelah coffee shop di JW.Marriot meledak. Keamanan kedua hotel mewah ini terlihat begitu ketat penjagaannya. Termasuk pada saat mobil masuk dalam kawasan kedua hotel ini dan metal detector yang dapat melacak adanya barang bawaan yang berupa logam.
Sebenarnya rencana awal para terroris di JW.Marriot yaitu meledakkan bom pada kamar 1808 yang akan mengakibatkan para tamu hotel berlari turun ke lobby. Setelah berkumpul di lobby, teroris atau si bom bunuh diri melakukan aksinya. Namun, aksi para teroris gagal untuk meledakkan kamar 1808, tetapi mau tidak mau si bom bunuh diri harus tetap melakukan misinya yaitu meledakkan bom di coffee shop JW.Marriot. Meledakkan kamar 1808 juga agar menghilangkan seluruh bukti2 dari para teroris.
Teroris masih dapat mengakalinya untuk melewati metal detector, yaitu dengan cara membawa bom secara terpisah. "Kalau bom sudah ada sirkuitnya, sudah dirakit pasti bisa dideteksi. Tapi kalau dibawa dalam keadaan terpisah, bahan peledak tidak bisa dideteksi metal detector," ujar seorang perwira di Mabes Polri yang enggan disebutkan namanya saat ditemui di Jakarta. Pada pembongkaran tas juga tidak dilakukan dengan serius oleh para petugas hotel, hanya sekedar memeriksa pada bagian2 yang di luar saja. Seharusnya bagi siapapun juga harus dilakukan pemeriksaan secara sempurna. Walaupun orang yang akan diperiksa bekerja sebagai petugas hotel di JW.Marriot & Ritz Carlton.
Menurut Akhmad Rifai, pakar bom dari Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang menimba ilmu tentang bom dan bahan peledak di Jerman, hotel biasanya hanya menggunakan detektor logam untuk mencegah masuknya bom. Alat ini masih kurang baik untuk medeteksi bom yang terpisah. “Detonator yang cuma sepanjang 3,5 sentimeter dan diameter 2 milimeter jelas bisa lolos lewat atas meja seperti telepon genggam, cincin, jam tangan, gantungan kunci bersama harta benda lainnya yang mengandung logam,” ujarnya.
Semudah itu pula meloloskan bahan peledak. Tanpa pemindai sinar-X seperti yang ada di bandara-bandara, bahan mirip dodol itu seperti padatan yang mudah dibentuk bisa dikemas seperti makanan.”Tinggal masukkan dalam stoples, di atasnya ditumpuk dengan kemasan plastik berisi makanan, pasta itu sudah sulit dibedakan,” katanya. ”Tidak semua petugas keamanan di hotel dan mal di Tanah air fasih dengan bentuk-bentuk detonator, bahan peledak dan komponen pendukung bom lainnya,” dia mengingatkan.
Sebenarnya anjing bisa dilatih untuk mengendus bahan peledak. Namun, ujar Akhmad, kepentingan pengunjung membuat hewan ini sering kali dianggap kurang produktif. “Istri saya, misalnya, lebih memilih tidak jadi masuk ke mal kalau melihat ada anjingnya,” kata Akhmad. Menurut saya mau tidak mau pengunjung harus menerima pemeriksaan menggunakan bantuan anjing pelacak. Karena untuk keamanan bersama dan agar tidak terjadi lagi kasus yang menyeramkan seperti pada tanggal 17 Juli 2009.
Pada tahun2 berikutnya mungkin akan ada teknologi yang tidak harus menggunakan anjing untuk melacak. Tetapi teknologi yang dapat melacak bom dengan menggunakan kemampuan yang sama seperti anjing, dan jika ada sesuatu yang tidak beres akan diperiksa lanjut oleh petugas2 setempat. Selain itu mungkin ada teknologi yang dapat melacak bom sebelum bahan peledak dirakit. Dengan cara barang yang dibawa oleh pengunjung jika dirakit atau bahan dijadikan menjadi satu bagian dapat menjadi bahan peledak. Makanya seharusnya petugas2 di tempat penting seperti airport, hotel2 bertaraf internasional, dan tempat2 lainnya yang menjadi target teroris, diajarkan bahan2 apa saja yang dapat dijadikan sebuah bom. Dapat juga menggunakan pasukan gegana melainkan petugas2 yang bekerja hotel.
Terdapat 5 alasan mengapa Noordin M.Top melakukan aksi terrorisme di Indonesia dan alasan ini telah tersebar di media internet :
1. Sebagai Qishoh (pembalasan yang setimpal) atas perbuatan yang dilakukan oleh Amerika dan antek-anteknya terhadap saudara kami kaum muslimin dan mujahidin di penjuru dunia
2. Menghancurkan kekuatan mereka di negeri ini, yang mana mereka adalan pencuri dan perampok barang-barang berharga kaum muslimin di negeri ini
3. Mengeluarkan mereka dari negeri-negeri kaum muslimin. Terutama dari negeri Indonesia
4. Menjadi pelajaran buat ummat Islam akan hakikat Wala’ (Loyalitas) dan Baro’ (Permusuhan), terkhusus menghadapi datangnya Klub Bola Manchaster United) ke Hotel tersebut. Para pemain itu terdiri dari para salibis. Maka tidak pantas ummat ini memberikan Wala’nya dan penghormatannya kepada musuh-musuh Allah ini
5. Amaliyat Istisyhadiyah ini sebagai penyejuk dan obat hati buat kaum muslimin yang terdholimi dan tersiksa di seluruh penjuru dunia.
Jika kasus ini sering terjadi di Indonesia, para penduduk Indonesia akan merasa tidak aman lagi untuk melakukan kegiatan sehari hari dan tidak dapat berkonsentrasi penuh pada pekerjaannya. Investor asing juga tidak akan mempercayai Indonesia lagi karena kasus yang menyeramkan ini. Untuk ke depan semoga keamanan di tempat2 bertaraf internasional untuk diperketat penjagaannya dan keseriusan dari para petugas.
Daftar Pustaka:
1. http://reposaja.blogspot.com/2009/07/metal-detector-tak-bisa-mengendus-bom.html
2. http://reposaja.blogspot.com/2009/07/meracik-bom-semudah-meracik-nasi- goreng.html
3. http://solocybercity.wordpress.com/2009/07/29/